Social Icons

Pages

Tuesday, October 4, 2011

Mendadak Backpaker


Sabtu, 1 October 2011
Hari ini sungguh luar biasa mengesalkan, tetapi bila diingat – ingat hal yang terjadi adalah hal yang lucu. Hari ini Dhie dan best friend Dhie berniat untuk pulang ke kampung halaman kami yaitu di Bogor. Biasanya kita menggunakan kereta, tetapi karena teman saya memberikan option menggunakan bus, maka Dhie pun menyetujui untuk pergi ke Bogor dengan menggunakan bus karena Dhie pikir Dhie belum pernah ke Bogor naek bus, so… tidak ada salahnya untuk mencoba sesuatu yang baru dan tentunya hal ini pun akan menambah pengalaman Dhie.

Dhie pikir, teman Dhie ini sudah berpengalaman pergi ke Bogor dengan menggunakan bus ternyata pengalamannya masih seumur jagung karena pertama kali dia ke Bogor bukanlah kepergiaan yang smooth, tetapi banyak factor luck-nya. Jadi pada saat hari ini kita mau ke Bogor, dia banyak tidak yakinnya harus dimanakah kita menunggu bus tersebut. Dia sempat bilang di depan Citraland, terus dia meralat dan katanya lebih baik ke stasiunnya langsung yang berada di dekat Citraland. Ternyata dia pun tidak tahu stasiun yang dia maksud itu ada dimana, untung Dhie tahu karena di sekitar Citraland stasiun bus terdekat hanyalah di stasiun grogol maka kita pun menuju kesana.


Pada saat stasiun grogol mulai terlihat teman Dhie tidak yakin bahwa stasiun tersebut adalah stasiun yang sesuai dengan gambaran di fikiran dia. Akhirnya dia menanyakan ke orang sekitar, tetapi orang yang ditanya pun tidak tahu. Pada saat ini sudah ada satu buah perasaan kesal di dalam hati Dhie karena Dhie fikir dia tahu cara pasti pulang ke Bogor ternyata dia tidak punya gambaran sama sekali pergi ke Bogor menggunakan bus jadi dia ngajak Dhie pulang naik bus hanya menggunakan “feeling playboy”nya saja. *irritating… a little bit

Because kita tidak punya pilihan lain dan yang Dhie tahupun stasiun terdekat di daerah tersebut hanyalah stasiun grogol, maka kita pun akhirnya menghampiri stasiun tersebut dengan menyebrangi jembatan penyebrangan di grogol yang di dekat Universitas Trisakti. Sampai di stasiunnya, teman Dhie ini semakin tidak yakin bahwa stasiun ini adalah stasiun yang dia maksud dalam fikirannya, akhirnya dia kembali menanyakan kepada orang sekitar dan fiuh! Ternyata stasiun yang dimaksud adalah benar dan di stasiun tersebut memang betul ada bus yang akan ke Bogor. Akhirnya kita pun ditujukan tempat tunggu dimana bus Bogor sering nangkring (diam) di stasiun tersebut.

Unfortunately, pada saat kita sampai kesana tidak ada satu pun bus Bogor yang stand by. Bus untuk ke Bogor kosong melompong, so… mau tak mau kita pun menunggu dan berharap bus akan datang secepatnya. Kita pun tidak tahu kapan bus tersebut akan datang karena bus di Indonesia sangat tidak bisa diukur kedatangan dan keberangkatannya baik itu bus di stasiun seperti ini atau pun bus way, jam keberangkatan hanya bisa dikira – kira, kita tidak pernah akan tahu kapan bus akan datang dan kapan bus akan pergi dari stasiunnya. Makanya Dhie tidak terlalu senang menggunakan bus bila sedang dalam keadaan genting yang dimana waktu itu sangat penting untuk dikejar dan ditepati, seperti pergi kerja menggunakan busway bukanlah pilihan bagi Dhie karena kita tidak pernah tahu kapan bus tersebut akan datang kalau lagi cepat yah cepat kalau lagi lama bisa setengah jam lebih tidak datang – datang.

Kejadian pada hari ini pun sesuai dengan hal apa yang paling Dhie benci dengan menggunakan bus yaitu waktu yang tidak tahu kapan bus akan datang. Teman Dhie sempat bertanya ke pedagang tepat di dekat tempat tunggu bus bogor biasa nangkring, dia hanya menjawab biasanya setengah jam atau satu jam sekali bus akan datang. Karena menurut kami informasi tersebut bisa dipercaya (secara pedagang disitu seharusnya tahu banget donk kapan bus akan datang karena setiap hari dagang-nya disitu) maka kita pun menunggu dengan sabarnya. Setengah jam berlalu dan waktu sudah menunjukan pukul setengah lima, pada kondisi ini Dhie sempat sudah bilang ke teman Dhie sampai setengah lima bleum ada bus maka kita harus menggunakan kereta karena mau sampai menunggu hal yang tidak pasti. But Dhie pun tidak tega karena sepertinya teman Dhie ini berharap banyak bahwa bus akan tiba, so Dhie pun melonggarkan dengan menambah waktu setengah jam lagi sampai jam lima sekalian menguji apakah informasi yang dikatakan oleh pedagan tersebut adalah benar.

Ternyata sampai jam lima tidak ada satupun bus yang datang jadinya satu jam menunggu dengan penuh kesia – siaan. Akhirnya kesabaran saya habis dan teman saya pun sepertinya menyadarinya jadinya kita pun bergegas ke gambir untuk pergi ke Bogor dengan menggunakan kereta. Just info : pada saat kita menunggu bus kita sempat mengobrol dengan beberapa penumpang yang akan naik bus ke Bogor, ada seorang perempuan dan ada seorang bapak – bapak. Mau tahu apa yang terjadi? Perempuan tersebut akhirnya ikut dengan kami untuk pergi ke Bogor karena dia cukup takut untuk berpergian sendirian ke Bogor baik menggunakan bus maupun kereta, kita belum pernah kenal dan baru kenal di stasiun tersebut, tetapi perempuan tersebut ingin ikut dengan kita ke Bogor jadinya yah dia ikut juga ke Gambir untuk pergi ke Bogor dengan menggunakan kereta. So funny karena kejadian seperti ini biasanya terjadi kalau kita lagi backpacker-an ke luar negeri atau dalam negeri yang dimana kita berkenalan dengan sesama backpacker dan akhirnya pergi bersama dengan backpacker lain yang baru berkenalan karena memiliki tujuan yang sama dalam berlibur.

Hal yang lucu lagi adalah pada saat menawar harga dengan supir bajaj. Dhie yakin dengan sotoy bahwa Gambir itu tidak jauh dari Grogol jadi Dhie dengan pedenya menawar bajaj dengan harga yang super miring. Supir bajaj pertama mebuka harga 30.000, Dhie dengan yakin bahwa harga yang dibuka sangatlah mahal maka Dhie dengan percaya dirinya menawar harga 15.000. Supir pertama tidak mau dan tidak menurunkan harganya, dia hanya menurunkan sampai 20.000. Akhirnya kita bertiga memutuskan untuk naik taksi karena kalau dengan harga 20.000 harganya tidak akan beda jauh dengan tariff taksi, pada saat kita sudah meninggalkan supir bajaj itu dan hendak memberhentikan taksi ada supir bajaj lainnya yang memanggil kami dan meng”iya”kan bisa menarik kita bertiga ke Gambir dengan tariff hanya 15.000.

Dhie masih yakin bahwa 15.000 adalah harga yang pas untuk ke Gambir, ternyata Gambir tidak sedekat itu dari Grogol. Jadinya Dhie merasa kasihan kepada supir bajaj tersebut karena sudah menawar harga sangat keterlaluan (sorry yah pak, saya berdoa supaya kebaikan Bapak bajaj ini dibalas sama Tuhan Yang Maha Esa). Teman Dhie malah sempat berfikir bahwa kita itu diajak muter – muter sama Bapaknya karena koq jauh banget dan Dhie pun sempat berfikir seperti itu, tetapi harga deal-nya adalah 15.000 so mau dibawa muter kemanapun yang penting sampai Gambir dan harga yang akan dibayar adalah 15.000. Dhie menawar harga jadi 15.000 pun karena sudah terlalu kesal, soalnya habis nunggu bus satu jam dan tiada hasil, jadinya hatinya baal hehehe…. ^^V

Sampai di Gambir, Dhie sudah ketar ketir karena jam sudah hampir menunjukan setengah enam, Dhie takut bahwa kereta menuju Bogor sudah tidak ada lagi jadwalnya. Dhie pun mengerluarkan salah satu keahlian Dhie yaitu berjalan dengan cepat, Dhie pun meninggalkan dua kawanan Dhie di belakang karena Dhie tidak tenang kalau belum dapat tiket di tangan Dhie. Dhie pun langsung menerjang ke loket pada biasanya anehnya koq Dhie tidak menemukan loket untuk beli tiket ke Bogor dan akhirnya Dhie pun bertanya ke satpam dan bertanya ke mba di loketnya juga, ternyata hebatnya Dhie pun baru tahu kalau loket menuju ke Bogor sudah pindah ke lantai dua jadinya Dhie pun bergegas kembali ke arah belakang menaiki tangga dan langsung jalan ke ujung lorong tersebut yang dimana kalau dari pintu masuk langsung naik tangga langsung nyampe ke loket tersebut (arrrgghhh annoying!! Hehee ;p)

Akhirnya Dhie mendapatkan tiga tiket untuk ke Bogor untuk keberangkatan jam 17.36. Fiuh! Lega akhirnya bisa dapat tiga tiket, but belum bisa relax karena kita pun harus segera bergegas menuju tempat keretanya karena hanya lima menit lagi keretanya sampai dan pada saat sampai keretanya tidak akan menunggu dalam waktu lama. Jadi kita bertiga pun langsung tancap gas menuju jalur kereta Bogor tersebut. Again! kejadian konyol terjadi karena saking (terlalu) paniknya  Dhie tidak sempat melihat jalur yang mana untuk ke Bogor jadinya kita asal menaiki escalator dan ternyata escalator yang kita naiki salah, pada awalnya kita tidak tahu kalau salah, baru setelah menaiki escalator dan nanya ke satpam baru kita tahu escalator yang kita naiki adalah salah karena untuk ke Bogor jalurnya adalah jalur 3. Akhirnya kita turun dan menaiki escalator yang benar, akhirnya kita bisa relax dan apalagi setelah mengetahui kalau keretanya belum datang.

Kebodohan terakhir yang dilakukan adalah pada saat ada kereta datang di jalur tiga dan kita fikir itu adalah kereta menuju ke bogor dengan santai dan dengan pede-nya kita melangkah ke kereta tersebut, tiba – tiba ada seorang perempuan yang berkata “bukan, itu bukan kereta ke Bogor, tetapi ke Bekasi”. Fiuh!.... untung ada perempuan tersebut karena kalau tidak ada maka kita akan nyasar sampai ke Bekasi dan akan menjadi hari yang super buruk…. Thank you very much buat perempuan tersebut karena sudah kasih tahu karena kalau tidak bisa berakibat fatal.

Akhirnya  kereta ke Bogor tiba dan kita naik, setelah itu kita pun bisa bernafas lega dan berelax ria di kereta, yah walaupun berdiri tidak apa apa karena ketegangannya sudah berlalu hehehe…

What a day!!... sungguh hari yang aneh, tapi sungguh lucu karena sudah selayaknya backpacker saja kita hahahaha…. Bisa kenalan sama orang baru yang tidak dikenal, hampir nyasar, ngejar kereta, nunggu bus yang tidak ada bus-nya, nawar bajaj seenak-nya hahaha…. Very funny day hahahha…. What a day… hahaha…. ^^

No comments:

Post a Comment

 

Sample text

Sample Text

 
Blogger Templates